Operatorkita.com – Apa Itu Stimulus Fiskal? Stimulus Fiskal berdampak langsung pada nilai tukar mata uang. Namun, banyak trader yang tidak mengetahui apa itu stimulus fiskal dan bagaimana perbedaannya dengan stimulus moneter.
Sejak pandemi COVID melanda, stimulus fiskal sering dibahas dalam berita ekonomi. Konon, stimulus moneter sudah tidak efektif lagi di beberapa negara sehingga pemerintah merasa perlu meluncurkan stimulus fiskal.
Perbincangan semakin mencuat ketika menyangkut pasangan valas yang melibatkan Yen Jepang (JPY), Euro (EUR), dan sebagainya. Namun, banyak pedagang salah mengira stimulus fiskal sebagai stimulus moneter.
Apa itu stimulus fiskal?
Daftar Isi
Dalam ilmu ekonomi, ada dua bidang kebijakan utama yang dapat digunakan oleh otoritas untuk mempengaruhi perekonomian, yaitu kebijakan moneter dan kebijakan fiskal.
Kebijakan moneter berkaitan dengan peredaran uang dalam perekonomian dan berhubungan langsung dengan bank sentral.
Sementara itu, kebijakan fiskal berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran anggaran pemerintah. Kebijakan fiskal lebih tertinggal dari kebijakan moneter.
Melansir dari buku The Investor’s Guide to Economic Fundamentals karya John Caverley, dampak kebijakan moneter dapat muncul dalam waktu 3 bulan dan berakhir setelah sekitar 12 bulan; berbeda dengan dampak kebijakan fiskal yang hanya muncul dalam rentang waktu 9-24 bulan. Namun, keduanya tidak bersifat jangka panjang.
Yang disebut stimulus fiskal adalah peristiwa kebijakan fiskal yang terjadi ketika pemerintah menaikkan anggaran pengeluarannya untuk mendongkrak perekonomian.
Apa dampak stimulus fiskal terhadap nilai tukar mata uang?
Stimulus Fiskal bertujuan untuk meningkatkan output dan permintaan agregat dalam jangka pendek, menciptakan kesan bahwa perekonomian berkembang pesat.
Stimulus Fiskal juga dapat digunakan untuk menyasar sektor-sektor tertentu sehingga mendorong investor untuk berbondong-bondong ke sektor-sektor tersebut. Namun, apa dampaknya terhadap nilai tukar mata uang?
Dampak stimulus fiskal terhadap nilai tukar mata uang bisa bersifat bullish atau bearish. Berikut penjelasannya:
Dampak Bullish
Berita terkait stimulus fiskal biasanya membuat investor mengharapkan terhentinya perlambatan ekonomi atau peningkatan pertumbuhan PDB.
Di sisi lain, pemerintah membutuhkan pendapatan tambahan untuk mendanai stimulus tersebut. Dari mana pemerintah mendapatkan uang tambahan ini? Jawabannya adalah hutang.
Ketika pemerintah meluncurkan stimulus fiskal besar-besaran, mereka akan menjual lebih banyak obligasi pemerintah. Masuknya uang akan digunakan untuk membeli obligasi, yang akan mendorong nilai tukar lebih tinggi dalam jangka pendek.
Meski begitu, pengumuman stimulus fiskal biasanya tidak berdampak besar. Jika disamakan dengan sinyal biasa yang muncul di kalender forex, maka hanya akan berwarna oranye atau dua bintang. Mengapa?
Pertama, kebijakan fiskal sendiri memiliki pengaruh yang lebih tertinggal dibandingkan kebijakan moneter. Kedua, pengaruh stimulus fiskal terhadap nilai tukar dalam jangka panjang akan bersifat bearish.
Dampak Bearish
Ketika pemerintah memotong pajak atau menaikkan subsidi, otomatis uang di kantong Anda akan bertambah, bukan? Anda dapat menghabiskan uang untuk berbelanja, menyembuhkan di luar negeri, atau membeli properti. Akibatnya, permintaan domestik akan meningkat.
Jika pasokan dalam negeri tidak sebanding dengan peningkatan permintaan, maka impor akan tumbuh. Peningkatan impor nantinya dapat menyebabkan defisit neraca perdagangan, dengan kata lain nilai tukar mata uang akan melemah.
Apalagi jika Anda memiliki banyak uang, maka Anda siap untuk membelanjakannya tanpa ragu-ragu. Harga barang dan jasa akan naik dan otomatis juga berlaku untuk produk yang akan diekspor.
Pada akhirnya, harga produk ekspor akan semakin tidak kompetitif di pasar internasional sehingga permintaan luar negeri akan turun dan ekspor menurun. Penurunan ekspor mengakibatkan defisit neraca perdagangan dan dapat melemahkan nilai tukar mata uang.
